SITI MUT-A'H,WANITA YANG PERTAMA MASUK SURGA,INI PENUEBABNYA.,


  www.tataislam.com - Suatu ketika, Siti fatimah bertanya kepada Rasulullah.wahai ayahanda, Siapakah Perempuan yang kelak pertama kali masuk surga..???? Rasulullah menjawab:” Dia adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah”.

baca juga : hukum ayah menolak menikahkan anak  perempuan.



baca juga: seperti apakah wanita didalam surga..???

  mendengar jawaban ayahandanya Siti Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rasulullah sendiri.Maka timbullah hasrat fatimah untuk mengetahui siapakan

baca juga; begini Rasulullah dalam berumah tangga

gerangan perempuan mutia'h itu..???? Dan apakah yang telah di perbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi..???
  Setelah minta izin kepada suaminya,yaitu Ali Bin Abi Thalib, Siti Fatimah berangkat mencari rumah kediaman Muti’ah. Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan

baca juga; seperti apakah tempat tidur rasulullah

diajak ikut serta. Ketika tiba di rumah Muti’ah, Siti Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam, “Assalamu’alaikum…!”
“Wa’alaikumussalaam jawaban wanita yang ada didalam,! Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.
“Saya Fatimah, Putri Rasulullah,” sahut Fatimah kembali.

baca juga; cerita nabi yusuf as


“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rasululah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.
“Sendirian, Fatimah..?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, Yaitu Muti’ah seraya membukakan pintu.
“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.
“Aduh maaf ya,” kata Muti’ah, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”

baca juga; cerita nabi nuh as

“Tapi Hasan kan masih kecil....?” jelas Fatimah.
“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya? saya akan minta izin dulu kepada suami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.
Sambil menggeleng-gelengkan kepala , Fatimah pamit dan kembali pulang.
   Besoknya, Fatimah datang lagi ke rumah Muti’ah, kali ini a ditemani oleh Hasan dan Husain dua putra tercintanya. mereka bertiga mendatangi rumah Muti’ah. Setelah memberi salam dan dijawab gembira, masih dari dalam

baca juga; cerita fir'un mengklaim diri sebagai tuhan

 rumah Muti’ah bertanya:
“Kau masih ditemani oleh Hasan, Fatimah? Suami saya sudah memberi izin.” “Ha..? Kenapa kemarin tidak bilang...???? Yang dapat izin cuma Hasan, dan Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerimanya juga, “ dengan perasaan menyesal, Muti’ah kali ini juga menolak.
Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Muti’ah. Dan keesokan harinya Fatimah kembali lagi, mereka disambut baik oleh perempuan itu dirumahnya.
  Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana, tak ada satupun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semuanya teratur rapi. Tempat tidur yang terbuat dengan kasar juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harum dan sangat segar, membuat orang betah tinggal di rumah.
   Fatimah sangat kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehingga Hasan dan Husain yang biasanya tak begitu betah betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.
“Maaf ya, saya tak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makan buat suami saya,” kata Mutiah sambil mondar mandir dari dapur ke ruang tamu.

  Mendekati tengah hari , masakan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas meja(tempat makan). Mutiah mengambil cambuk, yang juga ditaruh di atas meja.
“Suamimu bekerja dimana?” Tanya Fatimah
“Di ladang,” jawab Muti’ah.
“Pengembala?” Tanya Fatimah lagi.
“Bukan. Bercocok tanam.”
“Tapi, mengapa kau bawakan cambuk?”
“Oh, itu?” sahut Mutiah denga tersenyuman.” Cambuk itu kusediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah masakan saya suka atau tidak..???? Kalau dia mengatakan suka atou cocok, maka tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau dia bilang tidak suka, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”
“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah sambil keheranan.
“Oh, bukan..! Suami saya adalah seorang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”
Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri untuk pamit pulang.
“Pantas kalau Muti’ah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, di tengah perjalannya pulang, “Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Prilaku kesetiaan semacam itu bukanlah tombak perbudadakan wanita oleh kaum lelaki, Tetapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan prilaku yang sama.”

baca juga; cerita sahabat yang kalah perang,ternyata ini penyebabnya.

tak hanya itu, saat itu masih ada benda kipas dan kain kecil.
“Buat apa benda ini Muthi’ah?” Siti Muthi’ah tersenyam malu. Namun setelah didesak iapun bercerita. “Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan kain kecil ini hingga kering keringatnya. Ia-pun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur pulas”
Sungguh mulia Siti Muthi’ah, wanita yang taat kepada suaminya. maka tidaklah salah jika dia wanita pertama yang masuk surga.

Semoga bermemfaat....
wallahua'lam.

Komentar